Jumat, 25 Februari 2011

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN SUNGAI MUSI

Abdul Karim Gaffar dan Dina Muthmainnah

Potensi sumberdaya perikanan perairan umum Sungai Musi cukup besar, tidak saja dari luasan area tetapi juga eragaman jenis ikan dan biota perairan lainnya yang dapat dimanfatkan untuk makanan seperti kesenangan dan rekreasi, maupun untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan.

Di perairan umum Sungai Musi Provinsi Sumatera Selatan beberapa langkah atau kegiatan dalam upaya pengelolaan perikanan telah dilaksanakan. Secara garis besar tindakan pengelolaan dikelompokkn dalam dua aspek, yaitu aspek bio-konservasi dan aspek social ekonomi.

Bagian dari buku Perikanan Perairan Sungai Musi Sumatera Selatan. 2010.ISBN: 978-602-8380-04-1.

Kamis, 24 Februari 2011

MANAGEMENT ALTERNATIVES FOR SUSTAINABLE USE OF “RAWA LEBAK” RELATED TO UNPREDICTABLE DROUGHT AND FLOOD

Supli Efendi Rahim1) and Dina Muthmainnah2)
1) Profesor at the University of Education of Sultan Idris Tanjung Malim Perak Malaysia
e-mail: supli_effendi@fptv.upsi.edu.my
2) Research Institute for Inland Fisheries
Jln. Beringin no. 308 Mariana Palembang, South Sumatra Indonesia
e-mail: dina_mth@yahoo.co.id

ABSTRACT

Drought and flood have become continuous phenomena in the inland swamp (“rawa lebak”) which happen one after another and cause for concern. Inland swamp in Indonesia consists of 14 millions hectares which can be found in big islands such Sumatra, Kalimantan and Irian. In South Sumatra there exist three main swamp types namely upper swamp, middle swamp and deep swamp. Normally upper and middle swamp types are utilized for paddy rice and fish, while deep swamp is for natural fish catchment sites and water reserve. In recent years, drought and flood has been changing the conditions of the swampy areas in South Sumatra, therefore requiring management alternatives as to manage the swampy areas sustainably. An integrated management approach is proposed which constitute of four components forming a holistic design. Those components are closely linked and support each other, e.g. through financing and creating transparency and acceptance. Water management and water conservation are of important to consider in the swampy areas management. Storing rainwater, flooding water in a bigger dam and building village well with big pump are among the water management and conservation program which need to be included in long run. It is also worth-while to spend quite a lot of our resources into the human dimension if we need to succeed in managing the inland swamp.

Keywords: drought and flood, swamp, management alternatives

Presented on International Conference on Indonesian Inland Waters II, Palembang, November 2010

WATER BUFFLOW AND INLAND FISHERIES ECOSYSTEM AS AN INTEGRATED LOWLAND MANAGEMENT UNIT IN LIGHTS OF ENVIRONMENTAL AND CLIMATE CHANGE PERSPECTIVES

Robiyanto H. Susanto1) and Dina Muthmainnah2)
1) Environmental Sciences Doctoral Program, Postgraduate Studies, Sriwijaya University
Jln. Padang Selasa no. 524 Bukit Besar Palembang, South Sumatra
e-mail: robiyanto@lowlands-info.org
2) Research Institute for Inland Fisheries
Jln. Beringin no. 308 Mariana Palembang, South Sumatra
e-mail: dina_mth@yahoo.co.id

ABSTRACT

Non tidal lowlands (lebak) is an ecosystem nearby the rivers and alternately changing from aquatic habitat during the rainy season and terrestrial habitat during the dry season. The dominant vegetations are grasses ( i.e. kumpai - graminae) rooted at the base with leaves and stems on the surface. In aquatic ecosystems, these swamps are habitat for many species of freshwater fishes and other wild animals. Water bufflow is a large ruminant that have been adapted in the water environment. Water bufflow can take kumpai grass as its food by grazing while swimming.

Climate change may increase rainfall so the aquatic phase of the lebak then the teresterial area for water bufflow will be no longer available. The drought might come to reduce the aquatic areas throughout the year and will endanger the fresh water fishes. In flood conditions throughout the year, there were no rice or horticulture cultivation in such areas. The changing of lebak ecosystem has to be anticipated by considering simultaneously the ecosystem as the water bufflow and freshwater habitat.

An integrated lowland management approach has to consider the biophysical factors, hydro topography, socio cultural condition of the community, as well as the needs of local government. In order to do so, the followings have to be done: understanding the climatic conditions, hydrology and water management of the area; exploring the technical aspects related with the water bufflow and freshwater fishes; considering the socio-economic-culture of community as well as the vision of the local government. The role of research and development trough the involvement of Universities, Research and Development Agencies, private sectors enterprises, private and community are very important for implementing the integrated development and management of unit ecosystem. Some integrated actions for the area have to be mapped accordingly.

Keywords: Non tidal lowlands (lebak), hydro topography, water buffalo, inland waters, fishery, integrated lowland management, climate change

Presented on International Conference on Indonesian Inland Waters II, Palembang, November 2010

OPTIMALISASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

Supli Effendi Rahim 1) dan Dina Muthmainnah 2)
1) FP dan PPS UNSRI serta FPTV UPSI Tanjung Malim Perak Malaysia
2) Balai Riset Perikanan Perairan Umum, Balitbang Kelautan dan Perikanan, KKP

ABSTRAK

Paper ini ditujukan untuk memaparkan upaya-upaya dalam optimalisasi pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia. Pengelolaan lingkungan hidup secara makro dan mikro di tanah air tercinta ini merupakan upaya sadar, kurang sadar atau tidak sadar dari pelaku pembangunan, pelaku ekonomi dalam mengelola sumberdaya alam dan lingkungan untuk memenuhi keperluan atau hajat para pelaku. Upaya sadar para pelaku pembangunan telah dimulai dengan adanya peraturan perundang-undangan mulai UU no 4/1982 hingga ke sekarang ini UU no 32/2009. Prestasi pengelolaan lingkungan di negeri ini masih jauh dari memuaskan, dibuktikan dengan masih banyaknya kawasan-kawasan yang kurang sehat, kurang selamat, buruk kualitas lingkungannnya, banyaknya kerusakan lingkungan, banyaknya pencemaran lingkungan, sering terjadi bencana ekologis – banjir, kebakaran hutan dsb. Upaya-upaya untuk mengoptimalkan pengelolaan lingkungan di negeri ini dimulai dengan pembangunan kesadaran bersama/komitmen dari semua pihak -pemerintah, pengusaha dan masyarakat. Komponen-komponen pengelolaan yang perlu dioptimalkan antara lain: 1. Semangat untuk perbaikan terus menerus, 2. Pro-aktif termasuk perlunya kreatif dan inovatif, 3. Fleksibilitas, 4. Semangat berpasukan, 5. Ketulusan semua pihak, 6. Berorientasi kepada pelanggan, 7. Penegakkan peraturan sebagai panduan, dan 8. Adanya sistem pengelolaan.

Kata Kunci: Optimasi, Kebijakan Lingkungan, Indonesia

Dipresentasikan dalam seminar implimentasi UU PPLH, Palembang 26 Juni 2010

PEMBANGUNAN KAWASAN AGROPOLITAN PULOKERTO GANDUS KOTA PALEMBANG

Dina Muthmainnah
Mahasiswa Program Doktor Ilmu-ilmu Lingkungan, PPS-Universitas Sriwijaya

Hingga saat ini pertanian masih menjadi sektor primadona bagi mayoritas rakyat Indonesia. Sayangnya pada beberapa daerah sektor pertanian hanya sebatas sebagai lahan untuk bertahan hidup. Padahal bila diterapkan dengan konsep yang terencana, terpadu dan komprehensif, kawasan pertanian merupakan investasi bisnis yang menjanjikan. Konsep pembangunan pertanian terpadu inilah yang sekarang sedang digerakkan Pemerintah Kota Palembang dengan menata Desa Pulokerto dan Pulau Pulokerto Kecamatan Gandus melalui program pembangunan pertanian terpadu berkonsep agropolitan.

Pembangunan berkonsep agropolitan tentunya bertujuan mewujudkan kawasan pertanian terpadu yang berkelanjutan, berbasis sumberdaya air dan bernuansa wisata. Konsep ini diyakini mampu mengangkat martabat masyarakat setempat dengan meningkatkan kemampuan perekonomian mereka. Dengan usaha pemerintah yang konsisten tentu bukanlah hal yang sulit untuk mencapai misi mewujudkan lumbung pangan terutama melalui budidaya ikan air tawar, wisata sungai dan agrowisata, tetapi tetap menjaga kelestarian lingkungan dan kemakmuran dari kawasan tertinggal ini.

Seiring dengan dicanangkannya Gandus sebagai daerah berkonsep agropolitan, telah terlihat kemajuannya. Sebelumnya, wilayah ini termasuk daerah kumuh, terbelakang dan identik dengan kemiskinan. Infrastruktur kurang berkembang, sarana dan prasarana jalan, kesehatan, dan pendidikan sangat minim. Tapi saat ini daerah ini telah berkembang seiring dengan pembenahan dan pemberdayaan potensi-potensi lokal seperti pertanian dan perikanan.

Dipilihnya Gandus sebagai pilot project pembangunan pertanian terpadu berkonsep agropolitan karena Pulokerto memiliki kekhasan areal pertanian yaitu arealnya yang luas. Selain itu Pulokerto dekat dengan kawasan Agrotechnopark di Ogan Ilir dan Muaraenim, sehingga industri untuk pengolahan hasil pertanian sudah tersedia. Demikian juga dukungan infrastruktur lengkap yang akan dibangun, yaitu jalan, ketersediaan air bersih dan listrik. Yang perlu dilakukan adalah memberikan bimbingan bagi masyarakat di wilayah ini, bagaimana cara mengoptimalkan pemanfaatan lahan yaitu bercocok tanam, pola penangkaran ikan, misalnya menggunakan keramba ataupun kolam biasa.

Diharapkan kegiatan usaha pertanian dan perikanan ini juga tetap menjaga kawasan ini bebas dari dampak penggunaan pupuk, pestisida dan sedimentasi dari makanan ikan. Untuk itu pada kawasan tersebut harus dibuat beberapa zona yang berfungsi mempertahankan biota asli daerah tersebut. Dengan demikian daerah ini tidak hanya menjadi daerah pertanian (agropolitan) tapi juga dapat menjadi areal yang tetap mempertahankan kelestarian lingkungannya yang dapat dikategorikan sebagai unsur ekologi (ecology), juga sebagai areal pendidikan (education) dan memberikan unsur wisata (entertainment). Dan ketiga unsur tersebut bila dipadukan menjadikan Gandus sebagai daerah agroecoedutainment.

Dalam mewujudkan kota agropolitan di Kelurahan Pulokerto ini, ada beberapa permasalahan yang dihadapi masyarakat setempat dalam melakukan kegiatan pertanian yaitu minimnya ketersediaan air untuk keperluan tanaman terutama pada musim penghujan dan minimnya ketersediaan sarana dan prasarana seperti jalan, saluran irigasi. Karena wilayah ini merupakan lahan basah maka akan terendamnya kawasan pertanian akibat banjir pada musim penghujan. Pembangunan fisik tata air tidak dapat dielakkan dari kegiatan ini. Akan muncul masalah bila pemerintah dan masyarakat tidak dapat mengintegrasikan infrastruktur dan pembangunan tersebut dengan lingkungan masyarakat setempat dan alam.

PENGEMBANGAN KAWASAN DAN PENGINTEGRASIAN PEMBANGUNAN DENGAN LINGKUNGAN

Kelurahan Pulokerto, Kecamatan Gandus merupakan areal lahan basah, sehingga pengairan sebenarnya dapat diperoleh secara alamiah maupun teknis. Pada kenyataannya hal ini menjadi kendala. Pada saat musim kering akan terjadi kekeringan pada lahan pertanian, dan yang dilakukan adalah pembuatan atau perbaikan dari saluran irigasi. Pembuatan saluran ini haruslah memperhatikan infrastruktur dan memilih material yang benar sehingga dapat memaksimalkan penggunaan dan lingkungan terproteksi dari bahan-bahan. Proteksi lingkungan ini penting karena dampak yang akan ditimbulkan kepada lingkungan juga rendah walaupun belum bisa dikatakan nihil.

Lahan basah merupakan lahan yang sulit untuk diolah menjadi areal pertanian. Untuk itu perlu bantuan alat berat (handtractor) untuk membantu mengolah kawasan ini. Aliran air anak Sungai Musi tidak lancar karena banyaknya terjadi sedimentasi pada aliran anak sungai tersebut. Dinas Pekerjaan Umum Pengairan harus melakukan normalisasi anak-anak sungai tersebut. Juga pada saat musim hujan dimana lahan ini akan tergenang, tentunya perlu pembuatan dan perbaikan pintu air dan saluran irigasi.

Sedangkan untuk menunjang kawasan Agrowisata di Pulau Pulokerto, Dinas Perhubungan akan membuat kanal membelah Pulau Pulokerto yang memang sudah ada alur sungainya. Kanal ini berfungsi untuk transportasi pengunjung menikmati kawasan Agrowisata langsung dengan perahu ketek. Juga dengan melebarkan sungai kecil yang sudah ada. Nantinya perahu ketek ukuran sedang langsung bisa masuk melewati kanal tersebut. Yang saat ini telah dibangun adalah dermaga bagi kapal yang akan tambat di Pulokerto, nanti juga akan ditambah dermaga baru di Pulau Pulokerto.

UPAYA-UPAYA PROTEKSI LINGKUNGAN

Bersamaan dengan usaha menangani kendala-kendala dalam pengembangan kawasan agropolitan, tetap perlu dilakukan upaya-upaya untuk memproteksi lingkungan dari akibat penanganan dan pengembangan tersebut. Dengan kata lain pembangunan harus dilaksanakan tetapi tetap berwawasan lingkungan. Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah dengan melaksanakan kegiatan pengelolaan lahan dan air seperti optimalisasi lahan kawasan pangan yang di dalamnya menyangkut kegiatan perbaikan sarana dan prasarana irigasi, perbaikan kesuburan lahan, pemberian bantuan benih, pupuk, alat pertanian, insektisida dan lain-lain. Pemberian paket bantuan ini harus seiring dengan penyuluhan dan pembinaan bagi masyarakat petani sehingga petani tersebut tidak melakukan hal-hal yang berdampak terhadap lingkungan. Pembinaan untuk penggunaan pupuk, alat pertanian dan insektisida yang tetap harus tetap dilakukan secara rutin.

Dalam upaya pengembangan suatu daerah adalah membuka akses ke daerah tersebut, dan ini telah dilakukan dengan membuat jalan usaha tani yang bermanfaat bagi fasilitas kegiatan usaha pertanian.

Kegiatan pengelolaan lahan dan air ini dapat dilakukan bersama antara pemerintah dan masyarakat dengan harapan dapat menumbuhkan rasa memiliki bagi para petani sehingga timbul rasa tanggung jawab untuk selalu memelihara dan mengembangan kegiatan dengan tetap memperhatikan lingkungan. Dengan demikian hasil yang didapat akan jauh berkualitas dibandingkan dengan daerah lain

Perlu juga dibuat peraturan daerah sehingga mampu menjaga keberadaan dan keberlangsungan lahan pertanian yang berwawasan lingkungan.

PENUTUP

Dalam upaya pengembangan Gandus sebagai daerah Agropolitan yang tentunya harus tetap memperhatikan dampak-dampak negatif terhadap lingkungan perlu dilakukan pelatihan dan penyuluhan kepada petani. Upaya ini dilakukan agar para petani dapat mengelola pertanian dengan cara yang lebih benar dan modern dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi di bidang pertanian dan dapat meningkatkan produktivitas petani. Perlu konsistensi pemerintah daerah dalam pemanfaatan tata guna lahan agar penempatan tiap–tiap sektor sesuai dengan kondisi lahan. Pembuatan zona-zona pertanian, perikanan, wisata, pelestarian flora dan fauna haruslah dipatuhi agar tujuan pengembangan wilayah ini dapat tercapai.

THE ROLE OF FLOOD PLAIN SWAMP FOR FISH PRODUCTION

Dina Muthmainnah and Abdul Karim Gaffar
Research Institute for Inland Fisheries
Jln. Beringin no. 308 Mariana Palembang, South Sumatra
e-mail: dina_mth@yahoo.co.id

ABSTRACT

River floodplain characterize by alternately changes from aquatic to terrestrial ecosystem and vise versa as a result of water level fluctuation in the main river, which are usually dictated by precipitation rates in the catchment area. During rainy season the water from river are flowing to the adjacent lowland area making a large water body, while in the dry season the water flow back to the main river remaining waters in small deeper parts of the plain. Flood plain swamp as a kind of water body has important role in fish production either from capture fisheries or from culture fisheries. Capture fisheries activities using a wide variety of fishing gears, start at the beginning of rainy season when fish habitually migrate from the main river either for grazing and for spawning and finish at the mid of dry season when the fish already going back to the main river and the rest have been totally caught out. Fish culture had been practices in swamp water using any culture systems such as ponds, cages, and fence system.

Key words: Floodplain swamp, fish production

Presented on International Seminar –Workshop on Integrated Lowland Development and Management, Palembang–South Sumatra –Indonesia, March 18, 2010.

INTERNET: Jangan sampai anak kita jadi korban

INTERNET: Jangan sampai anak kita jadi korban

Dina Muthmainnah

Internet adalah jaringan besar yang saling berhubungan dari jaringan-jaringan komputer yang menghubungkan orang-orang dan komputer-komputer di seluruh dunia, melalui telepon, satelit dan sistem-sistem komunikasi yang lain. Internet dibentuk oleh jutaan komputer yang terhubung bersama dari seluruh dunia, memberi jalan bagi informasi (mulai dari teks, gambar, audio, video, dan lainnya ) untuk dapat dikirim dan dinikmati bersama.

Dengan menggunakan fasilitas browsing, seorang bisa menambah ilmu pengetahuan dengan membaca buku, apalagi harga buku saat ini sangatlah mahal. Dengan internet juga kita bisa membeli dan menjual suatu produk.

Saat ini penggunaan internet sudah sangat luas, oleh orang dewasa maupun anak-anak. Fasilitas untuk internet seperti, warnet ada dimana-mana, untuk kebutuhan di rumah juga begitu banyak pilihan, dan wireless di kafe-kafe. Apalagi didukung dengan semakin murahnya harga komputer, bahkan laptop, sehingga sudah menjadi gaya hidup si anak, yang tidak bisa dipisahkan dari laptop. Juga penggunaan telepon genggam yang semakin mempermudah mereka untuk mencari informasi melalui internet. Pengaksesan situs-situs yang tidak diharapkan sering kali muncul pada saat anak-anak membrowsing segala hal untuk anak-anak.

Memang sesuatu hal yang baik pasti akan ada dampak sampingan yang negative. Untuk itu sebagai orang tua kita harus berusaha memperkecil dampak negative tersebut. Untuk itu diperlukan kejelian orang tua untuk membimbing anak-anak dalam penggunaan internet. Bimbingan keagamaan bisa menjadi tameng bagi mereka. Penentuan waktu untuk penggunaan internet juga dibutuhkan, dengan demikian bisa diusahakan pada saat orang tuanya ada di rumah. Tentu saja orang tua tidak bisa menjadi polisi 24 jam bagi si anak.

Sebagai orang tua, kita pasti mempunyai kekhawatiran yang sama dalam penggunaan internet oleh anak kita. Untuk itu harapan kita pada peran pemerintah dalam mengeluarkan kriteria situs-situs yang dapat diakses di negeri ini. Dan hukuman yang keras harus diterapkan bagi pembuat situs-situs yang tidak kita harapkan tersebut.

Semoga.